Liem Din

Oleh: Dahlan Iskan

Liem Din
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Namun, baru di museum ini saya sadar: ternyata kapal yang membawanya dari pelabuhan Xiamen mendarat pertama di pelabuhan Surabaya. Tahun 1938. Bukan di Lasem. Atau Semarang.

Baca Juga:

Di pelabuhan, Liem muda ditahan penguasa pelabuhan Belanda. Itu karena tidak ada orang yang menjemputnya. Perantau lain sudah habis meninggalkan kapal.

Tiga hari kemudian pamannya, yang sudah lebih dulu merantau ke Nan Yang, datang dari Semarang. Liem dikeluarkan dari tahanan. Dibawa ke Semarang.

Selebihnya Anda sudah tahu: Liem menetap di Kudus. Jualan. Dari kampung ke kampung. Tanpa tahu bahasa Jawa –belum banyak orang yang berbicara dalam bahasa Indonesia di Kudus zaman itu.

Itu tanggal 21 bulan Juni.

Tanggal itu kelak dikenang oleh Liem sebagai tanggal keberuntungan ganda. Tiba di Jawa tanggal 21 di umur 21.

Museum itu baru buka pukul 09.00. Christopher Tungka, sudah menjemput saya pukul 08.00.

Dia direktur di perusahaan suku cadang mobil di Fuqing, milik teman saya di Surabaya.

Kelak Liem Sioe Liong menjadi sangat dekat dengan Soeharto. Di zaman Soeharto inilah Liem menjadi Raja terigu lewat Bogasari-nya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News