Lieus: Spanduk Tolak Jenazah Ahokers Itu Aspirasi Warga
jpnn.com, JAKARTA - Penolakan menyalati jenazah pendukung pasangan Ahok-Djarot di sejumlah wilayah menuai banyak kritik. Warga dinilai berlebihan dalam menyikapi kasus penistaan agama yang menjerat Basuki T Purnama alias Ahok.
Namun, ada juga yang berpandangan bahwa tindakan warga itu wajar dan harus dihargai. Pasalnya, pernyataan Ahok memang sangat menyakiti umat Islam.
"Spanduk itu kan aspirasi dari hati masyarakat. Harusnya mereka hargai. Bahwa mayoritas warga tidak suka Ahok ya harus diterima legawa," kata Koordinator Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (KomTak) Lieus Sungkharisma saat dihubungi rmoljakarta, Selasa (21/3).
Menurut Lieus, isu ini menjadi besar karena dipolitisasi oleh Ahok dan timnya. Pasalnya, mereka semakin panik menghadapi pencoblosan putaran kedua Pilgub DKI Jakarta, 19 April mendatang.
Karena itulah, pasangan petahana itu menggunakan strategi apapun untuk menggenjot perolehan suara mereka. Salah satunya dengan mendramatisir spanduk penolakan menshalatkan jenazah.
"Ahok-Djarot sengaja membesar-besarkan soal spanduk untuk mendongkrak elektabilitas mereka yang terus merosot," kata tokoh Tionghoa ini.
Diungkapkan Lieus, sebagai kepala daerah non-aktif, harusnya Ahok-Djarot lebih bersikap bijaksana dalam menghadapi permasalahan yang timbul di tengah-tengah masyarakat, salah satunya adalah soal bagaimana menyikapi kemunculan spanduk bernada provokatif itu. (ipk/rmol)
Penolakan menyalati jenazah pendukung pasangan Ahok-Djarot di sejumlah wilayah menuai banyak kritik. Warga dinilai berlebihan dalam menyikapi kasus
Redaktur & Reporter : Adil
- 42 Persen Pemilih Golput di Pilgub Jakarta 2024, Terbanyak Memilih saat Anies vs Ahok
- Pramono Sebut Nama Anies Hingga Ahok Setelah Unggul di Quick Count
- Pramono-Rano Bisa Menang Satu Putaran Jika Anak Abah-Ahoker Bersatu
- Pramono Dinilai Samarkan Dukungan PDIP dan Megawati karena Faktor Ahok
- Dukungan Anies untuk Pram-Rano Bakal Berdampak Signifikan
- Momen Ridwan Kamil Soroti Kerja Ahok dan Anies di Debat Pilgub Jakarta