Lift Gus Dur untuk Saya
Oleh Dahlan Iskan
Saya ke halaman belakang rumah ini. Ada kolam renang. Ada lapangan tenis. Ada ring basket. Ada pohon pisang. Pohon alpukat. Pohon jambu. Berbagai jenis jambu. Pohon jeruk purut. Dan berbagai jeruk lainnya.
Ada pula peralatan tukang. Serba-listrik. Mengingat saya akan ayah. Yang alat tukangnya begitu seadanya.
Saya memotong tongkat panjang. Dengan gergaji listrik. Tidak sampai satu menit. Saya masukkan mobil. Untuk alat olahraga. Sepanjang perjalanan nanti. Entah berapa ribu kilometer lagi. Menuju Missouri.
Gus Dur hampir saja tinggal di rumah ini. Saat ke Los Angeles dulu. Prinsipnya Gus Dur sudah setuju. Menghormati sahabat yang rindu.
Sampai-sampai Irawan mengadakan lift baru. Di rumahnya. Untuk naik ke lantai dua.
Saya yang memanfaatkan lift itu. Akhirnya. Sekalian ngalap berkah beliaunya.
Drg Irawan sebenarnya pilih hidup di Jakarta. Meneruskan kariernya di Palang Merah Indonesia. Mengikuti jejak almarhum bapaknya: dokter Putra Satia Irawan. Terlahir: Ie Weng Foek. Direktur divisi 4 PMI Pusat. Pada tahun awal Orde Baru.
Dua malam saya di kamar itu. Yang disiapkan untuk Gus Dur itu.