Ligaya Ita Tumbelaka, 16 Tahun Merunut Silsilah Harimau Sumatera
Cinta si Loreng karena Punya Karisma
Rabu, 17 Desember 2008 – 09:05 WIB
Perkawinan silang itu bukan tanpa alasan. Sebab, setiap harimau yang kawin pasti ’’menularkan’’ gen kepada keturunannya. Jika perkawinan dilakukan pada gen yang sama, lama-kelamaan gen tersebut akan menjadi represif (melawan). ’’Kalau sudah represif, akan terlihat, fisiknya kurang bagus, daya tahan hidup jauh dari ideal, akhirnya berujung kepada kepunahan,’’ jelasnya. Setidaknya, masa hidup seekor harimau berkisar 20–25 tahun.
Namun, ternyata reproduksi silang juga tidak bisa dilakukan sembarangan. Perkawinan tersebut tetap harus dikontrol. Untuk setiap satu kelompok gen yang sama, setidaknya perkawinan dilakukan dalam kurun 30 tahun. Setelah itu, barulah ada penggabungan kelompok satu dengan yang lain. Hal tersebut dilakukan demi menjaga keragaman genetik harimau Sumatera. ’’Dengan metode seperti itu, setidaknya keragaman genetik ini bisa dipertahankan selama 100 tahun,’’ tegasnya.
Usaha Ligaya terbukti tidak sia-sia. Dengan kondisi deforestrasi alam di Sumatera, harimau Sumatera hingga 2008 tidak mengalami penurunan tajam. Di luar habitat, sensus Agustus 2007 menyebutkan jumlah harimau Sumatera yang tersebar di lembaga konservasi dan kebun binatang mencapai 200 ekor.
Jumlah harimau di habitat asli mereka di Riau dan Aceh diperkirakan 400 ekor. Jumlah itu tidak jauh berbeda dari populasi harimau Sumatera saat dimulai studbook pada 1992.
Ligaya Ita Tumbelaka sudah 16 tahun bekerja keras agar populasi harimau Sumatera terhindar dari degradasi yang tajam. Bekerja seorang diri, dia mendedikasikan
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara