Ligina Hampir Dua Dekade, Rekor Top Scorer Peri Sandria Tetap Awet
Rela Serahkan Sepatu Emas kalau Ada yang Melampaui
Selasa, 25 September 2012 – 00:02 WIB
Praktis, banyak bakat muda yang kesulitan mendapatkan tempat di tim utama. Dualisme kepengurusan yang terjadi beberapa tahun terakhir ini semakin memperburuk keadaan.
Faktor lain yang turut memperparah kekadaan, di mata Peri, adalah minimnya dedikasi pemain untuk timnas. Ini, lanjut ayah satu anak tersebut, berbeda sekali dari para pemain di eranya. Tanggung jawab dan rasa nasionalisme pemain saat itu sangat besar. "Bukan uang yang kami kejar, tapi kebanggaan untuk negeri ini," lanjut Peri.
Sayangnya, dedikasi besar kepada timnas itu pula yang nyaris mengakhiri karir Peri sebagai pemain lebih dini. Gara-garanya, perhatian PSSI yang buruk.
Ceritanya, dalam sebuah uji coba menjelang SEA Games 1997 melawan Bandung Raya, dia cedera lutut kanan. Cedera itu cukup parah dan mestinya dioperasi.
Bertahannya rekor 34 gol Peri Sandria yang dicetaknya pada musim 1996/1997 merupakan gambaran keterpurukan sepak bola nasional. Buruknya pembinaan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408