Ligina Hampir Dua Dekade, Rekor Top Scorer Peri Sandria Tetap Awet
Rela Serahkan Sepatu Emas kalau Ada yang Melampaui
Selasa, 25 September 2012 – 00:02 WIB
Namun, karena tidak ada uang dan bantuan dari PSSI, sampai saat ini pun Peri tidak pernah melakukan operasi. Padahal, operasi itu membutuhkan dana puluhan juta rupiah. "Selama ini saya hanya mencoba menyembuhkannya dengan pengobatan alternatif. Tapi, ya begini hasilnya. Tidak bisa sembuh sampai sekarang," ungkapnya lirih.
Karena cedera yang tak pernah dioperasi itu pula, performa Peri Sandria di lapangan hijau menurun. Padahal, saat itu pria kelahiran Binjai, Sumatera Utara, tersbeut masih dalam usia emas, 28 tahun.
Secara perlahan karirnya pun meredup."Namun, karena tuntutan dapur, dengan lutut yang tak 100 persen fit, dia harus terus bermain. Dari Bandung Raya, dia kemudian berkostum Persib (1998-1999), lalu Persikabo (1999). Karirnya berlanjut ke Persitara, Persid Jember, dan Persipasi (2003).
Karena tuntutan untuk memenuhi nafkah keluarga, meski cedera lututnya sering kambuh, Peri bahkan sempat bermain di divisi III bersama Persipo Purwakarta pada musim 2004. "Saat itu saya juga merangkap sebagai pemain dan menjadi top scorer dengan enam gol. Juga rekor sebagai pemain tertua yang mencetak gol di Divisi III," kenang Peri yang saat itu berusia 35 tahun.
Bertahannya rekor 34 gol Peri Sandria yang dicetaknya pada musim 1996/1997 merupakan gambaran keterpurukan sepak bola nasional. Buruknya pembinaan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408