Lihat nih, Anak-anak SD Menantang Maut demi Ilmu

’’Pernah hampir jatuh karena terpeleset. Tapi, belum sampai jatuh,’’ imbuhnya.
Siswa lain yang harus menerjang bahaya layaknya Novi adalah Yazid, 12. Anak kelas VI SD itu juga berharap segera ada jembatan. Dia pernah hampir jatuh karena terpeleset.
Dia menyatakan bisa empat kali bergelantungan untuk menyeberang. Pertama, pergi dan pulang sekolah. Kedua, saat ada les pada sore. Kadang, intensitas itu ditambah karena harus bermain di seberang.
’’Sekarang enggak takut lagi. Sudah biasa,’’ kata Yazid dengan polosnya.
Umar selaku orang tua sebenarnya resah dengan keseharian anaknya yang menantang bahaya. Jatuh dari kawat, kaki bisa cedera parah terantuk batu. Tapi, dia tidak bisa berbuat banyak untuk mengantarkan anaknya ke sekolah. Setiap pagi dia harus kulakan ikan, lantas menjualnya di tempat lain.
”Dulu karena khawatir, saya gendong sampai seberang,’’ kenang Umar.
Hingga saat ini, memang masih ada orang tua yang menggendong anaknya sampai tepian. Tinggi air yang sekitar 45 cm cukup aman bagi orang tua. Tapi, kalau buat anak kecil, seragam mereka bisa basah kuyup.
Biasanya, para orang tua hanya menggendong saat berangkat sekolah. Untuk pulangnya, anak-anak yang tidak berani melewati kawat sling baja diperbolehkan orang tuanya melewati sungai karena arusnya tidak kencang. Tentu saja basah, tapi tidak apa-apa.
YANG dialami siswa di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, ini sungguh membuat miris. Mereka menantang maut agar bisa belajar dengan baik. ------------------
- Mendalami Budaya, Mahasiswa Prodi Fashion Binus University Trip ke Pekalongan
- Kritik Penjurusan SMA, P2G: Setiap 5 Tahun, Anak Indonesia Jadi Kelinci Percobaan
- Penjurusan IPA, IPS, Bahasa di SMA Berlaku Mulai Tahun Ajaran Baru
- FH UKI dan Universitas Sevilla Jalin Kerja Sama di Bidang Riset dan Akademis
- Mendikdasmen: Tunjangan Guru Honorer Non-Serdik Tidak Dihitung dari Januari
- Program Lampu Belajar: Anak Sekolah di Desa pun Berhak Menjadi Cerdas