Lila Umami; dari Usaha Rantangan ke Juara Lomba Masak Nasional

Mengandalkan Botok Lorjuk dan Sambal Keluak

Lila Umami; dari Usaha Rantangan ke Juara Lomba Masak Nasional
INSPIRATIF: Lila Umami (dua dari kiri) bersama Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisna Murti (dua dari kanan) setelah menang di Nusa Dua, Bali, 1 November lalu. Foto: Muhamad Qori/Rakyat Merdeka/JPNN
Selain William, juri lain terdiri atas Bondan Winarno, Vindex Tengker, Hein von Holsen (Australia), dan Henet de Neefe (Belanda). Mereka mendasarkan penilaian atas tiga segi. Salah satunya, otentisitas atau masakan dan minuman yang disajikan adalah produk unggulan daerah. Dua segi lain adalah cita rasa dan cara penyajian makanan. Otentisitas dan cita rasa memiliki persentase penilaian 40 persen masing-masing. Sedangkan bobot cara penyajian sebesar 20 persen saja.

"Sebelum berangkat ke Nusa Dua, sudah ada geladi bersih. Mencicipi masakan yang akan dilombakan di panti PKK," kata Andjar, mengawali cerita.

Selain persiapan yang matang itu, Lila menuturkan bahwa rahasia menjadi juara sebenarnya cukup sederhana. Selama meniti karir di dunia kuliner, dia sangat antivetsin. Kalau ingin masakan gurih, harus rela menggerus rempah-rempah untuk menajamkan rasa.

Itulah kenapa, begitu masakannya dicecap lidah para juri, rasa yang keluar adalah rasa asli. Di antara beberapa peserta lain, ada yang menggunakan jalan pintas dengan membubuhkan vetsin pada masakan. Namun, lidah para juri tidak bisa ditipu. "Ini yang kami cari, rasanya maknyus," kata Lila, menirukan Bondan saat merasakan masakannya.

Lila Umami menang karena keteguhannya untuk tak memakai vetsin dan hanya menggunakan bahan-bahan segar. ------------------------- AGUNG PUTU I.,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News