Lim Xiao Ming
Oleh: Dahlan Iskan
Saya telat datang dari Samarinda. Saya baru bertemu Andrew saat tahlilan ketujuh hari Jumat malam kemarin.
Ia benar-benar masih sulit berbahasa Indonesia. Sejak umur 6 tahun Andrew sudah di Australia. Bersama kakak-kakak dan mamanya. Ia tumbuh menjadi anak-anak di Perth.
"Di sana saya jadi anak nakal," katanya lantas tertawa. Ia begitu sering membolos sekolah. Sampai dikeluarkan dari SMA.
Ia memang selalu berangkat dari rumah mengenakan seragam sekolah. Akan tetapi sering turun dari bus di halte sebelumnya. Untuk pindah bus jurusan mal.
Andrew tidak mau lama-lama di halte bus. Takut ditangkap polisi. Pada jam sekolah kok masih berkeliaran.
Maka ia sering menyeberang jalan dulu. Mondar-mandir di pinggir jalan, menghabiskan waktu.
Suatu hari Andrew dipanggil seorang pemilik rumah di dekat jalan itu. "Sini, masuk, main-main di rumah sini," ujar sang bapak.
Tidak ada nada marah. Tidak terlihat menegur. Tidak pula mencela apa pun. Andrew merasa nyaman. Andrew masih SMA berumur 15 tahun saat itu.