Lima Alasan USBN Tidak Pakai Komputer

Lima Alasan USBN Tidak Pakai Komputer
Siswa mengerjakan soal ujian. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

USBN memang baru kali pertama dilaksanakan, namun pengalaman Ombudsman mengawasi ujian nasional (UN) sejak 2013 menunjukan bahwa praktik curang masih terjadi. Tahun lalu, Ninik melihat langsung praktik tersebut.

”Bagaimana guru diam-diam mengajari mudirnya untuk mengisi ujian. Diajari isi jawabannya,” kata Ninik.

Padahal, praktik seperti itu tidak dibenarkan. Ada sanksi tegas dari Kemendikbud. Namun demikian, praktik curang tetap terjadi.

Untuk itu, Ombudsman mendorong agar Kemendikbud menegakan sanksi tersebut. Karena itu pula, mereka menurunkan tim untuk mengawasi USBN.

Khusus daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), tim pengawas berasal dari kantor pusat Ombudsman di Jakarta.

Sedangkan di kota dan kabupaten lain mengandalkan tim pengawas dari kantor Ombudsman di 33 provinsi. ”Kami monitor hal subtansif sampai prosesnya,” jelas Ninik.

Misalnya, realisasi tata tertib USBN. ”Dijalankan atau tidak,” masih kata Ninik.

Kemudian memastikan pengawas bertugas sebagai mana mestinya. Hal serupa bakal dilakukan oleh Ombudsman dalam unas awal April mendatang. Khusus untuk unas, soal ujian turut di awasi.

Pemerintah awalnya memproyeksikan ujian sekolah berstandar nasional (USBN) digelar dengan menggunakan komputer. Ternyata di lapangan banyak sekolah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News