Lima Teori Mengapa Terjadi Rusuh London
Minggu, 14 Agustus 2011 – 06:40 WIB
Yang ketiga adalah tingkat pengangguran pemuda yang cukup tinggi. Melihat begitu masif dan terkoordinasinya kerusuhan itu, Doug Saunders selaku kolumnis di Globe and Mail, Kanada, menyatakan bahwa fenomena tersebut lebih berbahaya daripada hooliganisme. Banyak pelaku penjarahan adalah remaja usia di bawah 20 tahun.
Baca Juga:
"Jelas, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap diri mereka sendiri dan tidak punya alasan untuk takut atau merasa bertanggung jawab atas tindakan mereka," ujarnya.
Faktor berikutnya adalah persoalan oportunisme yang parah. Menurut jurnalis Brendan O"Neill, rusuh London bukanlah pemberontakan politik dari kelompok masyarakat miskin dan tertindas, melainkan menyebarluasnya perilaku nihilisme oleh sekelompok orang yang sengaja merampok anggota komunitas mereka. Faktanya, sejumlah orang yang tidak kekurangan ikut ambil bagian dalam penjarahan itu.
Itulah sebabnya, kata sosiolog Paul Bagguley, dampak kerusakan dari kerusuhan tersebut amat besar. "Penjarahan cenderung melibatkan skala masyarakat luas --anak-anak, perempuan, dan para orang tua-- karena tidak melibatkan kekerasan fisik. Begitu banyak orang terlibat, lebih besar pula kerusakannya," tuturnya.
LONDON - Di tengah perdebatan tentang pemangkasan anggaran keamanan maupun strategi tentang penanganan kerusuhan dan penjarahan di Inggris, muncul
BERITA TERKAIT
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer