Lip Service
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Tanpa memakai mahkota pun Rhoma Irama adalah Sang Raja Dangdut.
Sebaliknya, seseorang yang ke mana-mana memasang lencana di dadanya sebagai simbol jabatan yang tinggi, tidak akan digubris oleh masyarakat, karena tidak ada pengakuan sosial atas apa yang dilakukan dan dicapainya.
Para mahasiswa pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) itu tentu belum lahir ketika era keemasan Elvis terjadi.
Mereka juga belum lahir ketika Michael Jackson dan Madonna merajai panggung musik pop dunia.
Mereka juga tidak mengalami masa-masa keemasan Rhoma Irama.
Namun, kelihatannya para pengurus BEM UI itu mendapatkan inspirasi dari para raja itu ketika memberikan gelar "The King of Lip Service" alias Raja Layanan Bibir, kepada Presiden Joko Widodo.
Tentu ini tidak sama dengan gelar para raja legendaris itu. Gelar ini agak peyoratif (peyorasi), tetapi sangat khas mahasiswa.
Para mahasiswa itu menganggap Jokowi Raja Layanan Bibir, karena apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan tidak sinkron.
Dia bertindak tanpa visi yang jelas. Keras kepala, tetapi enggan mendengar analisis. Namun, tetap dicintai rakyat.
- Bukan Menyalahkan Prabowo soal PPN 12 Persen, Deddy Singgung Rezim Jokowi
- Deddy PDIP Yakin Pemberedelan Pemeran Lukisan Yos Suprapto Bukan Perintah Prabowo, Lalu Siapa?
- Pemberedelan Lukisan Yos Suprapto, Bonnie PDIP Singgung Prabowo, Tidak Mungkin
- Versi Legislator PDIP, PPN 12 Persen Masih Bisa Diubah Pemerintahan Prabowo
- Jawab Tudingan, Dolfie PDIP Bilang Aturan PPN 12% Diinisiasi Pemerintahan era Jokowi
- Perdana di Era Prabowo, Pameran Lukisan Tunggal Seniman Kawakan Ini Diberedel