Literasi Digital: Antisipasi Kebocoran Data Pribadi untuk Minimalisir Kekacauan Pemilu
"Kondisi ini membuat penerima informasi tidak stabil. Sehingga ketika dalam keadaan lelah, maka berhentilah," kata dia.
Namun, jika pada saat itu tetap memaksakan diri karena ingin mengetahui informasi, maka harus bisa dipastikan siap dan konsentrasi dan tidak hanya percaya pada satu sumber informasi.
"Terlebih pada saat Pemilu ini, jangan mudah terprovokasi narasi-narasi yang menggiring kita ke informasi yang hoax. Kita punya hak untuk memilih dan bebas untuk memilih siapa yang kita anggap baik. Karenanya kita harus dewasa, harus mawas diri dalam menyongsong Pemilu ini," tuturnya.
Di samping itu, Akademisi Yuri Rahmanto mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan data pribadi yang bisa dengan mudah dicuri di tengah kemajuan teknologi saat ini.
"Data pemilu itu jadi incaran serangan cyber, dan itu sangat masif. Ini menjadi bahaya karena dampaknya selain merusak sistem informasi dan pelayanan publik, tetapi juga bocornya data pribadi," kata dia.
Selain data pribadi bocor, Yuri menyebut bahwa hal tersebut juga bisa menjadi bumerang yang berpotensi mengacaukan situasi politik di Indonesia.
"Ini akan menyerang kita juga secara individu dan berpotensi menimbulkan kekacauan politik dan menimbulkan ketidakpercayaan kita terhadap pemilu. Sehingga harus lebih bijak dan harus sadar dengan keamanan digital kita," katanya. (rhs/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Webinar literasi digital antisipasi kebocoran data pribadi untuk minimalisir kekacauan pemilu.
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti
- Rommy Minta Pengurus Partai Tobat, Wasekjen PPP Bereaksi Begini
- Selama 2024, DKPP Pecat 66 Penyelenggara Pemilu
- Hadiri HUT ke-60 Golkar, Bamsoet Apresiasi Prabowo Dukung Perubahan Sistem Demokrasi
- Mardiono: Kader PPP Menyalahkan Kekurangan Logistik Pas Kalah Pemilu 2024
- Pemilih Dijatuhi Sanksi Jika tak Memilih? Pakar Bilang Begini
- Fenomena Populisme Digital di Indonesia Sejalan dengan Kemajuan Internet