Literasi Digital: Antisipasi Kebocoran Data Pribadi untuk Minimalisir Kekacauan Pemilu

"Kondisi ini membuat penerima informasi tidak stabil. Sehingga ketika dalam keadaan lelah, maka berhentilah," kata dia.
Namun, jika pada saat itu tetap memaksakan diri karena ingin mengetahui informasi, maka harus bisa dipastikan siap dan konsentrasi dan tidak hanya percaya pada satu sumber informasi.
"Terlebih pada saat Pemilu ini, jangan mudah terprovokasi narasi-narasi yang menggiring kita ke informasi yang hoax. Kita punya hak untuk memilih dan bebas untuk memilih siapa yang kita anggap baik. Karenanya kita harus dewasa, harus mawas diri dalam menyongsong Pemilu ini," tuturnya.
Di samping itu, Akademisi Yuri Rahmanto mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan data pribadi yang bisa dengan mudah dicuri di tengah kemajuan teknologi saat ini.
"Data pemilu itu jadi incaran serangan cyber, dan itu sangat masif. Ini menjadi bahaya karena dampaknya selain merusak sistem informasi dan pelayanan publik, tetapi juga bocornya data pribadi," kata dia.
Selain data pribadi bocor, Yuri menyebut bahwa hal tersebut juga bisa menjadi bumerang yang berpotensi mengacaukan situasi politik di Indonesia.
"Ini akan menyerang kita juga secara individu dan berpotensi menimbulkan kekacauan politik dan menimbulkan ketidakpercayaan kita terhadap pemilu. Sehingga harus lebih bijak dan harus sadar dengan keamanan digital kita," katanya. (rhs/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Webinar literasi digital antisipasi kebocoran data pribadi untuk minimalisir kekacauan pemilu.
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti
- Ahmad Rofiq Optimistis Partai Gema Bangsa Bisa Jadi Peserta Pemilu 2029
- Sampaikan Laporan saat Rapur, Komisi II Punya 10 Catatan soal Evaluasi Pimpinan DKPP
- Peliknya Hukum Pidana Pemilu
- Pengamat: Pilkada Barito Utara Berjalan Baik, Sesuai Aturan yang Belaku
- Biaya Pemilu Mahal, Rahmat Saleh Dorong Sistem e-Voting di Pesta Demokrasi 2029
- Setuju Ambang Batas Parlemen 4 Persen Dihapus, Eddy Soeparno: Bentuk Keadilan Demokrasi