Lobster Australia Ditahan Bandara Tiongkok di Tengah Meningkatnya Selisih Dagang Kedua Negara

Mereka berharap prosesnya dapat dilalui dengan sangat cepat namun sadar bahwa akibat beberapa kesulitan yang tidak terhindarkan, hal ini tidak menjadi jaminan.
"Tanpa China, pasar kami tidak bisa menampung volume [lobster] yang ingin kami tangkap, jadi kami ingin masalah ini diselesaikan secepat mungkin karena kalau tidak, dampaknya besar sekali."
Seorang nelayan di Australia Barat, Clint Moss, mengaku mendapatkan email dari koperasi nelayan daerahnya hari Sabtu lalu sepulang melaut.
Ia diberitahu bahwa penundaan pemeriksaan pabean sedang terjadi sehingga mereka tidak dapat melaut selama enam hari.
Moss mengatakan terdapat banyak produk dalam industrinya yang ditahan selama pandemi, namun penahanan yang terjadi di China kali ini cukup mengejutkannya.
"Jujur, rasanya seperti deja vu, ketidakpastian ini," katanya.
"Badan saya gemetar membicarakannya."
Sejauh ini Moss mengatakan kuota produksi 1.900 ton telah dihapus karena COVID dan seandainya kehilangan pasar China, "momen tersebut akan menjadi yang terburuk dalam sejarah perikanan Australia Barat".
Keberadaan lobster asal Australia yang terancam mati ketika ditahan di bandara China membuat para nelayan ketakutan di tengah memanasnya sengketa dagang antara Beijing dan Canberra
- Tanggapi Perang Tarif Trump, Partai Gelora Dorong BPI Danantara Berinvestasi di AS
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Waspada, Modus Penipuan Unlock IMEI
- Ketua Umum KSPSI Canangkan Perang Melawan Impor Ilegal
- Said Iqbal Desak Permendag 8 Dicabut karena Merugikan Usaha Lokal & Buruh
- Deklarasikan Gerakan Indonesia Cerah, Febri Wahyuni Sabran Optimistis Mampu Hadapi Perang Dagang Global