Lockdown Berkepanjangan di Melbourne Tak Surutkan Aktivitas Warga Senior Asal Indonesia
Sama seperti Tante San, Nani juga tidak bisa bertemu muka dengan kedua cucunya di saat 'lockdown'.
"Saya tidak bisa memeluk mereka. Karena bagi kita orang Indonesia itu kan, memeluk mereka itu buat saya sangat penting," katanya.
Merasa lebih baik setelah berhenti nonton TV
Ningsih Joyce Angko-Millane, usia 66 tahun, yang tinggal bersama anaknya yang masih remaja di pinggiran Kota Melbourne, mengaku sempat merasa bingung dan stress dengan 'lockdown' yang berkepanjangan.
"Sekarang saya merasa sudah baikan setelah dua minggu tidak nonton TV," ujarnya.
"Sebelumnya, saya jadi suka marah-marah, sempat bingung, setelah melakukan sesuatu terus mau bikin apa lagi?" kata Ningsih, guru Bahasa dan Budaya Indonesia.
Melihat kondisi ibunya, dua anaknya yang lain menyarankan agar Ningsih berhenti dulu nonton TV, terutama siaran berita pandemi COVID.
"Mereka membawakan buku mewarnai. Saya selalu mengisi waktu dengan menggambar," ujar guru pada sekolah dasar Derrimut Catholic Primary School ini.
Selain itu, bila cuaca mendukung, Ningsih membawa laptopnya ke halaman belakang rumah untuk melakukan pekerjaan secara daring.
Lockdown berkepanjangan tidak menyurutkan semangat warga senior asal Indonesia di Melbourne untuk tetap beraktivitas.
- Jumlah Penularan Kasus HMPV Terus Bertambah di Tiongkok, Virus Apa Ini?
- Dunia Hari Ini: Facebook dan Instagram Akan Berhenti Menggunakan Mesin Pengecek Fakta
- Indonesia Jadi Anggota BRICS, Marwan Cik Asan: Ini Langkah Strategis!
- Dunia Hari Ini: PM Kanada Justin Trudeau Mundur karena Popularitasnya Menurun
- Jadwal 32 Besar Malaysia Open 2025: Perang Saudara Tersaji di Sektor Tunggal Putri
- Program Makan Bergizi Gratis Diharapkan Menyasar Anak Indonesia di Pedalaman