Logika-Logika Koran untuk Mengelola Strom

Logika-Logika Koran untuk Mengelola Strom
Logika-Logika Koran untuk Mengelola Strom
Soal TDL itu memang bukan urusan PLN. Murni wewenang dan tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Komisi VII DPR RI. Tetapi saat eksekutif meminta persetujuan legislatif di DPR RI, muncul wacana 450 VA dan 900 VA tidak boleh naik.

’’Saat itu juga saya sudah berpikir, bahwa nanti bahaya sekali. Pelaksanaannya sulit sekali. Bayangkan, jumlah pelanggan PLN ada 40 juta. Yang dayanya 450 VA dan 900 VA ada 32 juta. Sisanya, 8 juta di atas itu. Logikanya, kalau sudah dipatok TDL naik 10-15 persen, dan 450-900 VA tidak boleh naik, maka beban kenaikan 32 juta pelanggan itu harus dipikul oleh 8 juta pelanggan" Ini sulit diterima nalar!’’ katanya.

Dahlan menyebut, kenaikan yang 8 juta itu tidak mungkin 10 atau 15 atau 18 persen. Saat disimulasi, angkanya fantastis. Ada yang naik 30 persen, 40 persen, 50 persen, 70 persen, sampai 110 persen. Angka kenaikan itu jadi tidak masuk akal. Yang menjadi pertanyaan, mengapa beban 450-900 VA tidak boleh naik" Kala itu, dua fraksi yang memveto-nya. Alasan mereka, demi orang kecil.

’’Saya curiga, alasan itu terlalu dicari-cari. Perasaan saya itu hanya tameng. Karena kenaikan 10 persen bagi yang 450 VA itu, hanya sekitar Rp 3.000, dari 30 ribu tagihan rekening listrik selama ini" Angka yang tidak signifikan, tetapi karena jumlahnya sekitar 12 jutaan, nilainya jadi material juga kan?’’ ujarnya.

Prinsip-prinsip manajemen koran rupanya banyak menginspirasi Dahlan Iskan dalam mengelola strom PLN. Benang merahnya sama, yakni ’’menegakkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News