Logika Marah

Oleh Dahlan Iskan

Logika Marah
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tio baru tertarik yoga di umur 34 tahun. Ada kejadian khusus yang membuatnyi lari ke yoga. Yakni setelah bapaknyi meninggal. "Jiwa saya agak guncang. Kerja saya semakin ambisius," ujarnyi.

Tio sangat 'anak bapak'. Ditinggal bapaknyi itu Tio merasa berubah. Menjadi self center, narcicist dan berujung pada depresi.

"Saya merasa tidak bahagia dengan kehidupan yang saya jalani. Padahal banyak hal berhasil saya capai," katanyi.

Waktu itu Tio menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar. "Karier, pujian dan popularitas ternyata tidak membuat saya damai," katanyi.

Saat depresi itu dia memutuskan berhenti berkarir. Dia melanglang negara. Dia keliling Asia --seorang diri. Selama 3 bulan.

"Di Kamboja saya melihat tempat yoga sederhana sekali, tetapi energi yang muncul dari tempat itu penuh ketenangan," katanyi.

Di Kamboja itulah dia mulai tertarik yoga. Dia mulai belajar bahwa bahagia itu berbeda dengan rasa gembira.

Tio tidak hanya mengajar yoga. Juga meditasi. Guru meditasinya itulah yang dari Bali. Orangnya tinggi.

Penyebab stres itu: menangnya emosi atas logika. Emosi dan logika tidak bisa bersatu. Yang emosinya naik pasti logikanya turun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News