Loket Kanjuruhan

Oleh: Dahlan Iskan

Loket Kanjuruhan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di Stadion Gelora Bung Tomo pintu-pintu stadion tidak perlu ditutup. Tidak perlu. Tidak ada lagi orang di luar pintu stadion. Yang tanpa gelang tidak bisa masuk ke ring 1.

Kelebihan Persebaya adalah: punya Persebaya Store yang banyak. Itu sekaligus menjadi tempat penukaran gelang, tetapi awal memulai sistem itu ributnya bukan main.

Stadion-stadion lama di Indonesia umumnya tidak punya ring 1 (ring dalam). Siapa saja bisa mendekat ke stadion, ke pintu masuk.

Seleksi penonton dilakukan di pintu masuk itu. Seperti masuk gedung bioskop.

Saya ingat zaman tradisional dulu: stadion menyediakan loket penjualan karcis. Penonton antre di situ.

Yang tidak punya uang ikut bergerombol di depan pintu masuk. Menunggu situasi: ikut masuk dengan cara nerombol petugas jaga atau ikut berdesakan agar penjaga karcis kewalahan.

Pada 2018 terjadi peristiwa yang sama di Kanjuruhan. Yakni saat Arema melawan Persib.

Skor 2-2. Penonton masuk lapangan. Gas air mata digunakan. Tidak banyak.

Tulisan Dahlan Iskan berjudul Loket Kanjuruhan menyinggung tulisan ACAB atau 1312 pasca tragedi Kanjuruhan. Ini berat bagi polisi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News