Lol Mama

Oleh: Dahlan Iskan

Lol Mama
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Di kelas, Ethan corat-coret di mejanya. Menggambar: senjata, orang tergeletak, tumpahan darah dan beberapa kalimat. Termasuk "pikiran tidak berubah. Tolong". Artinya: pikiran untuk menjadi penyebab kematian tidak berubah. Tapi kok masih ada kata ''tolong''. Apakah pada dasarnya ia ingin berubah pikiran?

Yang jelas Ethan tidak belajar dari teks sang mama. Ia ketahuan lagi: menggambar semua tadi itu. Ethan dipanggil. Demikian juga orang tuanya. Jameslah yang datang ke sekolah.

Sambil menunggu kedatangan sang ayah Ethan minta izin menyelesaikan tugas sekolah. Inilah yang dianggap bahwa Ethan sebenarnya masih anak normal.

Kesimpulan pemanggilan hari itu: Ethan harus dikonsultasikan ke ahli jiwa –dalam 48 jam ke depan. Selesai. Ethan boleh kembali ke kelas di situ. Di SMA Oxford, di distrik Oxford, Michigan, USA.

Tibalah waktu pergantian pelajaran siang. Ketika Ethan menggunakan waktu itu untuk ke toilet: mengambil senjata. Dan menembakkannya.

Pihak sekolah beralasan: semua itu sudah sesuai dengan prosedur. Juga sudah sesuai dengan ilmu penanganan kasus serupa. Termasuk sudah sesuai dengan pelatihan yang didapat.

Alasan itu tidak bisa diterima oleh penggugat. Harusnya, katanya, Ethan sudah dipulangkan. Sehingga kejadian berdarah itu bisa dihindarkan.

Memang pihak sekolah sudah minta James untuk membawa pulang sang anak. Tapi James tidak mau. Kok pihak sekolah tidak memaksa.

Kepala SMA itu akhirnya digugat. Bersama beberapa guru di situ. Gugatannya USD 100 juta. Sekitar Rp 1,4 triliun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News