Lola Amaria Ungkap Cerita Pilu Kaum Buruh

Lola Amaria Ungkap Cerita Pilu Kaum Buruh
Lola Amaria Ungkap Cerita Pilu Kaum Buruh

Meski melibatkan Kementrans dan ILO, Lola menolak karyanya disebut kepanjangan tangan mereka. Dia mengaku diberi kebebasan dalam mengeksplorasi kehidupan buruh, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Tak ada sedikit pun tekanan dari pemerintah, ataupun pengusaha.

”Meski mereka men-support kami, mereka tidak membatasi kreativitas kami. Dan jarang sekali kementerian memberikan kebebasan seperti ini,” ungkapnya.

”Satu hal, buat saya pribadi membuat film itu harus jujur pada realita, pada diri sendiri, dan karakter yang kita lihat. Kisah yang ada sebagian adalah nyata,” sambungnya. Lola mengaku tidak memikirkan keuntungan dari filmnya kali ini. Bisa dinikmati dan menjadi bahan pemikiran bagi buruh, pengusaha, dan pemerintah, sudah cukup baginya.

Pemain film Tanpa Huruf R itu menyebut Kisah 3 Titik sebagai proyek dari hati. ”Karena film ini bisa menjadi arsip 20-30 tahun ke depan. Kita nggak tahu ke depan (kondisi ketenagakerjaan di Indonesia) seperti apa. Film ini bisa menjadi cerminan,” ucapnya.

SINEAS muda Lola Amaria tidak berhenti mengangkat tema sosial dalam filmnya. Setelah Minggu Pagi di Victoria Park pada 2010, dia kembali mengungkap

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News