Lolos di AS, Obat Virus Corona Remdesivir Masih Diperdebatkan di Australia

Di satu sisi, ujicoba di China tersebut telah dipublikasikan melalui peninjauan ahli lainnya serta memiliki metodologi yang kuat.
"Masalah utamanya yaitu sampelnya cukup kecil," kata Dr Tong, yang memimpin uji klinis obat virus corona pada Doherty Institute.
Sementara ujicoba di AS dengan ukuran sampel lima kali lebih besar, tidak mempublikasikan hasil penelitian mereka di jurnal ilmiah.
Stuart Tangye, pakar imunologi dari Garvan Institute of Medical Research, mengatakan meskipun penelitian di China tidak menemukan manfaat obat remdesivir, namun ada beberapa bukti pasien yang menggunakan obat ini yang cenderung membaik secara klinis.
"Jika Anda membaca yang tersirat dari apa yang dilaporkan penelitian di China, pesannya sangat mirip," kata Profesor Tangye.
Namun, bila menyangkut jumlah virus dalam tubuh (dikenal sebagai viral load), pasien yang memakai remdesivir tidak lebih baik daripada mereka yang berada dalam kelompok plasebo," kata Profesor Tangye.
Kemana arah COVID-19 di Indonesia?

Sejumlah ilmuwan Indonesia memproyeksikan angka kasus virus corona untuk bisa mengantisipasi situasi ke depan.
Jumlah kematian tak menurun drastis
Profesor Lewin sependapat jika para peneliti berharap jumlah virus akan berkurang jika obat itu bekerja.
Sebuah obat antivirus corona bernama Remdesivir telah mendapatkan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA)
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya