Lomba Heboh
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Dia tidak boleh pulang ke Tiongkok. Dia ditugaskan "menjaga kantor" di Jakarta.
Bagi orang Tionghoa di malam tahun baru Imlek (malam tadi) harus berkumpul di rumah orang tua. Sungkem. Makan-makan bersama.
Maka di setiap hari menjelang Imlek, transportasi di Tiongkok sangat "kacau". Tahun ini sekitar 400 juta orang yang harus mudik. Dari kota-kota besar ke desa-desa.
Sebagai anak desa saya teringat ketika kali pertama bermalam Idulfitri di perantauan. Menangis. Ingat kampung halaman. Ingat keluarga. Sewaktu mendengar suara takbiran dari masjid rasanya seperti sembilu yang mengiris-iris kalbu.
Pun wanita muda itu. Kali pertama dia sendirian Imlek di perantauan. Maka ketika di Kroya, saya kirim Wechat kepadanya: agar ke Bandung. Berkumpul dengan saya, istri, dan beberapa teman Senam Dahlan Iskan dari Surabaya seperti Nicky, Desy, Pipit, Yuli, dan Ati.
Kebetulan seorang perusuh Disway Bandung punya acara: Yana Priatna atau Kang Yana. Dia punya perusahaan real estate yang tergolong sukses, bahkan lagi berkembang ke Bandung Barat -ke sebuah bukit yang dia sebut sebagai "bukit 380".
Berada di proyek perumahannya ini kami -lebih 1.000 orang pesenam- serasa di puncak menara: ke arah mana pun memandang terlihat lembah nan indah.
Rupanya Kang Yana juga mengundang para perusuh. Kami saling sapa. Perusuhwati dari Jakarta, Jenny Widjaja, langsung mengundang: agar kami merayakan malam tahun baru Imlek di restonyi. Di Kelapa Gading. Di resto Sagolisious.