Loncatan Saud

Oleh: Dahlan Iskan

Loncatan Saud
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kita bisa rasakan loncatan zaman: dari Saud pertama ke Saud ketiga saat ini. Dari zaman serba tanah ke serba digital.

Cadar wanitanya yang mungkin masih serupa.

Lokasi ini dibuat dua bagian. Dipisahkan oleh jembatan-wisata. Jauh di bawah jembatan itu ternyata jalan raya. Begitu dalamnya posisi jalan itu sampai suara lalu-lintasnya tidak mengganggu sama sekali.

Lomba balap Formula-E melewati jalan pembelah zaman itu.

Di kawasan sebelum jembatan adalah fasilitas pendukung: Kafe-kafenya menarik. Seperti suasana di Prancis selatan. Atau di Monaco. Atau di Napoli.

Setelah jembatan, sepenuhnya peninggalan kuno: istana tanah. Besar sekali. Serbawarna tanah. Untung di halamannya ditanami banyak pohon kurma. Sedikit rasa rindang. Apalagi di bawah kurma itu dijadikan ladang sayur percontohan: tomat, terong, lobak, kubis, selada, dan banyak lagi. Begitu subur sayur itu. Tidak seperti yang saya belajar tanam di Mojokerto bulan-bulan lalu.

Meski kota besar Riyadh tidak seperti Dubai atau Doha. Di Riyadh, jumlah gedung pencakar langitnya masih sedikit. Kalah dengan Makassar. Memang urgensi membangun gedung tinggi tidak ada: tanah begitu luasnya.

Di Riyadh saya memang berbuat tumben: datang ke kedutaan Indonesia. Duta besar kita di Saudi adalah aktivis, intelektual, ajengan, dan penulis: Dr KH Abdul Aziz Ahmad.

SAYA minta diantar ke mal teramai di Riyadh: ingin tahu seberapa berubah penampilan wanita Arab di depan umum. Di zaman pemerintahan putra mahkota.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News