LPkM Universitas Bakrie Gelar Mindshare Meet Up, Bahas Strategi Mitigasi Bencana Banjir Jabodetabek

LPkM Universitas Bakrie Gelar Mindshare Meet Up, Bahas Strategi Mitigasi Bencana Banjir Jabodetabek
Ketua LPkM Universitas Bakrie membuka kegiatan Mindshare Meetup ke-3 dengan tema Mitigasi Bencana Banjir: UpayaPengurangan Risiko dan Tata Kelola Perkotaan di Auditorium Kampus Bakrie TowerLantai 42 pada Jumat 21 Maret, 2025. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Bencana banjir bandang yang melanda Jabodetabek pada awal Maret lalu mengingatkan kembali pentingnya mitigasi yang berkelanjutan.

Menyikapi hal tersebut, Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPkM) Universitas Bakrie menggelar Mindshare Meet Up ke-3 dengan tema Mitigasi Bencana Banjir: UpayaPengurangan Risiko dan Tata Kelola Perkotaan di Auditorium Kampus Bakrie TowerLantai 42 pada Jumat 21 Maret, 2025.

Ketua LPkM Universitas Bakrie, Prof. Ardiansyah, Ph.D., dalam sambutannyamengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk membangun pemahaman yang lebihluas terkait penanganan banjir dari perspektif tata kelola perkotaan, kebijakan publik, hingga peran masyarakat.

Narasumber pertama dosen Program StudiTeknik Sipil Universitas Bakrie Budianto Ontowirjo menjelaskan bahwa banjir besar awal Maret lalu merupakan dampak cuaca ekstrem akibat dinamika atmosfer yang kompleks. Curah hujan tinggi yang berlangsung lama mengakibatkan genangan di berbagai titik, terutama di DAS Kali Bekasi. 

Menurut Budianto, kondisi ini diperparah oleh kurang optimalnya saluran drainase dan alih fungsi lahan di perkotaan yang terus meningkat.

“Salah satu solusi yang kami rekomendasikan adalah optimalisasi ruang limpahsungai untuk menampung debit air berlebih, disertai penguatan sistem drainase perkotaan. Selain itu, sumur resapan dan edukasi mitigasi bencana untuk warga juga harus jadi prioritas,” ujar Budianto.

Sementara itu, dosen Program StudiIlmu Politik Universitas Bakrie Bani Pamungkas menambahkan bahwa permasalahan banjir di Jabodetabek tidak lepas dari dinamika tata kelola wilayah yang kurang terintegrasi.

“Sejak zaman kolonial hingga milenial, kebijakan mitigasi banjir di Jakarta dan sekitarnya cenderung didominasi solusi berbasis infrastruktur, seperti pembangunan kanal dan tanggul”. Ia menambahkan “Kini, kita harus lebih seriusmempertimbangkan pendekatan ekologis seperti restorasi lahan basah, kawasanhijau kota, dan adaptasi tata ruang yang berkelanjutan,” jelasnya.

Bencana banjir bandang yang melanda Jabodetabek pada awal Maret lalu mengingatkan kembali pentingnya mitigasi yang berkelanjutan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News