Luc Heymans, Komandan Perburuan Harta Karun Laut Cirebon
Menyelam 22 Ribu Kali Angkat Artefak
Kamis, 06 Mei 2010 – 06:53 WIB

PERALATAN KOMPLIT- Salah seorang penyelam mengumpulkan barang-barang ke dalam rak. Tiap rak ditandai dari koordinat mana barang itu diambil. Itu untuk memudahkan penelitian. Foto: Luc Heymans for Jawa Pos Grup
Kehidupan pria berkebangsaan Belgia tersebut memang tak bisa dilepaskan dari laut. Pada 1977, dia menjadi atlet profesional lomba balapan kapal keliling dunia. Ketika itu, dia masih berusia 20 tahun. Karena itu, dia akrab dengan banyak jalur pelayaran. Mulai Eropa, benua Amerika, hingga Asia, dan Afrika. "Semua jalur sudah saya jajal," tegasnya.
Pada 1993, bapak empat anak tersebut mulai belajar menyelam sembari terus berlayar keliling dunia. Dia juga sudah coba-coba melakukan penyelaman arkeolog, tapi masih enggan melepas dunia sailing secara keseluruhan. Baru pada usia 40 tahun, Luc benar-benar pensiun dari lomba balap kapal layar.
Setelah pensiun dari atlet balap kapal, Luc ingin tantangan baru. Dia kemudian menekuni hobi menyelam sekaligus mempelajari peninggalan-peninggalan arkeologi bawah laut. "Dunia bawah laut menyajikan keindahan yang orang tak banyak tahu," ungkapnya.
Dia lantas bergabung dengan sebuah lembaga penelitian arkeologi bawah laut. Praktik pertama dilakukan di Vietnam pada 1993. Namun, debut penyelaman arkeologi itu tak sukses. Tak banyak temuan di negara komunis tersebut. Apalagi, kondisi ekonomi di negara itu tak terlalu stabil.
SEKITAR 270 ribu artefak yang diangkat dari kedalaman laut Cirebon dilelang di Gedung Mina Bahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta,
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu