Luhut Binsar: Hilirisasi Membangun Ekosistem Industri Nasional
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan Indonesia mendapatkan banyak permintaan pertemuan bilateral dari berbagai negara karena dipandang dapat menjaga pertumbuhan ekonomi negara.
G20 dijadikan momentum untuk melancarkan hilirisasi industri.
Hal itu disampaikan Luhut saat Pelantikan Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPID) 2022-2023 secara daring (26/11/22).
"Dengan adanya hilirisasi Industri diharapkan sumber daya alam Indonesia yang melimpah yang diekspor keluar negeri, memiliki nilai jual yang lebih tinggi, dan dapat membangun ekosistem industri nasional", terang Luhut.
Eks Menkopolhukam itu mengungkapkan bahwa pemerintah telah mendorong lebih banyak investasi ke dalam negeri untuk memperkuat hilirisasi industri.
Menurutnya, hilirisasi merupakan suatu strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang ada. Dengan demikian, komoditas yang diekspor bukan lagi berupa barang baku, tetapi berupa barang setengah jadi atau barang jadi.
“Kita membangun ekosistem di mana semua item daripada bahan produk seperti Lithium baterai itu akan bisa dilahirkan di Indonesia” terangnya.
Luhut juga menyebutkan beberapa tujuan hilirisasi industri di antaranya meningkatkan nilai jual komoditas, memperkuat struktur, menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan, serta meningkatkan peluang usaha dalam negeri sehingga meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan Indonesia mendapatkan banyak permintaan pertemuan bilateral
- Kanwil Bea Cukai Jakarta Beri Fasilitas PLB ke Produsen Ban, Ini Harapannya
- ILCS Kembangkan Digital Maritime Development Center di Yogyakarta
- Pak Prabowo, Tolong Dengar Curhat Pengusaha soal PPN 12 Persen
- PT Marwi Indonesia Industrial Resmi Kantongi Izin Fasilitas Kawasan Berikat, Ini Harapannya
- Ingat Janji Pemerintah, Saleh: Jangan Ada PHK di Sritex
- Alhamdulillah, Anggaran Kredit Investasi Padat Karya Mencapai Rp 20 Triliun