Lukisan Aktivis

Oleh: Dahlan Iskan

Lukisan Aktivis
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Sejak itu si teman membeli tanah 100 hektare di bagian utara Australia. Dia berkebun. Dia menghidupkan tanah mati menjadi tanah subur: lewat biodynamic –hasil penelitiannya sendiri.

Di tanah 100 hektare itu si teman menanam segala macam buah dan holtikultura. Yos diajak aktif di pertanian di situ. Yos ikut mendalami tata cara menghidupkan tanah mati.

Jadilah Yos seorang aktivis bumi. Dia ikut menyadari bahwa bumi kita ini sekarang lagi sakit. Terlalu banyak pupuk kimia dicekokkan ke bumi. Jadi, pupuk sekaligus racun. Lama-lama racunnya yang menang: tanah pertanian kita pun mati.

Selain dapat ilmu menghidupkan tanah, Yos dapat istri di Australia. Wanita berdarah Lebanon. Punya satu anak.

Selama di Australia Yos tetap melukis. Dia menuangkan kecintaan pada bumi dan pertanian di kanvas lukisan.

Suatu saat Yos dapat kontrak untuk pemeran tunggal di Australia. Juga di galeri nasional. Di sana tiap daerah punya galeri nasional.

Menurut rencana, dari satu galeri nasional, lukisan Yos akan dipamerkan di galeri nasional lainnya di seluruh negeri. Akan tetapi pameran pertamanya langsung heboh. Satu lukisannya dilarang dipamerkan.

Media di sana mem-blow-up pembredelan itu. Nama Yos langsung top. Lukisannya diborong kolektor.

Yos Suprapto marah: mengapa karya seninya dinilai dengan kacamata politik. Jokowi di lukisan itu, katanya, adalah akar persoalan dari keseluruhan tema pameran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News