Lukisan Kamal, Cermin Kegelisahan Minangkabau

Lukisan Kamal, Cermin Kegelisahan Minangkabau
Lukisan Kamal, Cermin Kegelisahan Minangkabau
Sementara itu, kegelisahan yang terus-menerus dialami oleh Kamal Guci secara riil tidak terlihat dalam kehidupan masyarakat Minang di Ranah Minang. "Kita dengan sangat mudah bisa menyimpulkan bahwa masyarakat Minang di kampung menganggap biasa saja Rumah Gadang itu terancam roboh, sementara Rumah Gadang adalah simbol dari eksistensi masing-masing kaum," kata Fasli.

Lebih jauh, mantan Ketua Umum Gebu Minang itu mempertanyakan apakah interaksi antara rantau dan kampung masih berjalan sebagaimana halnya era tahun 80-an? "Pada era tahun 80-an dan sebelumnya terlihat interaksi rantau dengan kampung sangat mewarnai perjalanan Minangkabau. Malam ini kita hanya merasakan kegelisahan seorang Kamal Guci dengan perantau Minang," ungkap Fasli.

Pada kesempatan yang sama, budayawan yang juga politisi nasional Fadli Zon menyampaikan apresiasi yang sangat luar biasa kepada Kamal Guci yang telah menyampaikan kritikan terhadap kita semua melalui lukisan.

"Sebagai pelukis, Kamal tidak tergoda untuk memindahkan keindahan dan keelokan Minangkabau ke kanvas. Dia dengan caranya sendiri justru menyampaikan nuansa suram Minangkabau yang disimbulkan melalui cacat yang dimiliki oleh setiap lukisan Rumah Gadang. Ini sebuah kritikan dan peringatan untuk kita semua bahwa dibalik keindahan alam Minang tersimpan ancaman (globalisasi) luar biasa," jelas Fadli.

JAKARTA - Pelukis Kamal Guci terbilang satu-satunya seniman Indonesia asal Sumatera Barat yang punya kegelisahan batin sama dengan perantau Minang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News