Lukman Hakim Tolak Sekolah Lima Hari Diterapkan di Madrasah
jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Agama (kemenag) memastikan bahwa sekolah lima hari tidak cocok dengan sistem pendidikan di madrasah.
Saat ini saja, dengan kurikulum yang dikembangkan siswa masuk enam hari dan sudah sampai sore.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menuturkan setelah pertemuan dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu isu kebijakan pendidikan itu bukan lagi soal sekolah lima hari.
Tapi, lebih fokus kepada pendidikan karakter. Kebijakan tersebut akan diwadahi dalam peraturan presiden.
”Saat ini sedang dilakukan pertemuan-pertemuan yang lebih intensif untuk bagaimana pendidikan karakter ini bisa dilaksanakan di seluruh lembaga pendidikan kita,” ujar Lukman usai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla membahas soal Universitas Islam Internasional Indonesia, kemarin (6/7).
Dia menegaskan kebijakan sekolah lima hari tidak bisa diterapkan di pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD), Tsanawiyah (setingkat SMP), dan Aliyah (setingkat SMA) yang dinaungi Kemenag.
Sebab, dengan sistem pendidikan sekarang ini siswa masuk enam hari sekolah dan pulang sampai pukul 15.00 hingga 16.00. Lantaran kurikulum atau pelajaran mereka lebih banyak.
”Jadi kalau lima hari bisa-bisa mereka pulang jam 18.00 sore, itu sesuatu yang gak mungkin,” tegas Lukman.
Kementerian Agama (kemenag) memastikan bahwa sekolah lima hari tidak cocok dengan sistem pendidikan di madrasah.
- Pendidikan Karakter dan Multikultur: Landasan Pembangunan Bangsa yang Tangguh
- Anwar Hafid Menekankan Pentingnya Pendidikan Karakter Demi Kesuksesan Generasi Muda
- Acer Smart School Awards Kembali Digelar di 2024, Dorong AI untuk Kemajuan Pendidikan
- Cak Imin Ingin Menteri Keuangan dari Madrasah
- Kemenag Sebut Teori Moderasi Beragama Sudah Banyak, Praktiknya?
- Hadiri Ngopi di Rembang, Gus Men Beber Jurus Madrasah Bisa Gagah Hadapi Perkembangan