Lukman Hakim Tolak Sekolah Lima Hari Diterapkan di Madrasah
Pendidikan karakter sendiri sudah ada di dalam Kurikulum 2013. Dia mengatakan tidak akan mengubah kurikulum kembali.
Hanya saja muatan pendidikan karakter untuk pendidikan dasar, porsinya mencapai 70 persen. Nah untuk mencapai 70 persen itu, penguatan pendidikan karakter tidak hanya di dalam kelas atau di sekolah saja.
Muhadjir juga menegaskan dugaan adanya penghapusan pesantren maupun madrasah diniyah itu adalah bentuk penyesatan luar biasa. ’’Levelnya sudah pembunuhan karakter,’’ jelasnya.
Menurutnya solusi penguatan pendidikan karakter harus cepat dijalankan. Sebab waktu yang tersedia terbatas.
Sikap Muhadijir berkaitan dengan kebijakan sekolah lima hari terus menuai penolakan. Salah satunya dari Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP FKDT) yang menaungi 84.796 lembaga di seluruh Indonesia.
Ketua Umum DPP FKDT Lukman Hakim dengan tegas menyampaikan bahwa pihaknya tidak sepakat dengan kebijakan tersebut.
”DPP FKDT menyatakan menolak dan menuntut Kemendikbud mencabut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah,” ungkap dia kemarin.
Tentu saja pria yang akrab dipanggil Lukman itu tidak sembarangan berujar. Dia menyampaikan hal itu dengan berbagai alasan.
Kementerian Agama (kemenag) memastikan bahwa sekolah lima hari tidak cocok dengan sistem pendidikan di madrasah.
- Pendidikan Karakter dan Multikultur: Landasan Pembangunan Bangsa yang Tangguh
- Anwar Hafid Menekankan Pentingnya Pendidikan Karakter Demi Kesuksesan Generasi Muda
- Acer Smart School Awards Kembali Digelar di 2024, Dorong AI untuk Kemajuan Pendidikan
- Cak Imin Ingin Menteri Keuangan dari Madrasah
- Kemenag Sebut Teori Moderasi Beragama Sudah Banyak, Praktiknya?
- Hadiri Ngopi di Rembang, Gus Men Beber Jurus Madrasah Bisa Gagah Hadapi Perkembangan