Lula da Silva
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Hal itu sudah ada presedennya dalam Pilpres Amerika 1992. Ketika itu Ross Perot, pengusaha minyak kaya raya dari Texas maju sebagai calon presiden independen.
Karena tidak mendapatkan tiket dari Partai Republik maupun Partai Demokrat, Perot mendirikan partai sendiri ‘’United We Stand’’ dan dipakainya untuk menjadi kendaraan politik.
Perot kalah dari George Bush, tetapi sejarah Amerika mencatat rekor baru dengan munculnya capres independen yang tangguh.
Sama dengan Perot, Donald Trump juga saudagar yang tajir melintir. Kekayaannya diperkirakan cukup untuk membiayai kampanye politiknya sendiri.
Akan tetapi, Trump diperkirakan akan memakai kekayaannya untuk membentuk partai sendiri. Alih-alih, dia akan merebut tiket dari Partai Republik dengan segala cara dan kemampuannya.
Gaya politik slebor ala Trump ini ditiru oleh Jair Bolsonaro. Karena itu, dia mendapatkan nickname, julukan, ‘’The Tropical Trump’’ alias Donald Trump tropis, merujuk pada cuaca tropis di Brasil.
Kerena itu, ketika Bolsonaro mengatakan bahwa dia akan menolak hasil pemilu, publik mengira akan terjadi show down, adu kuat, yang berkepanjangan yang menyebabkan krisis politik baru.
Ternyata di luar dugaan banyak orang Bolsonaro tidak melawan dan memilih menyerah. Dia kalah dalam dua putaran.
Kemenangan Lula da Silva ini disebut sebagai kebangkitan kedua, karena dia sudah pernah menjadi Presiden Brasil dua periode pada 2003 sampai 2007
- Pemerintah Klaim Tarif Impor Trump dari AS Tak Ganggu Swasembada Nasional
- Tarif Tarifan
- Tanggapi Perang Tarif Trump, Partai Gelora Dorong BPI Danantara Berinvestasi di AS
- Gakoptindo Yakin Kebijakan Tarif Trump tak Memengaruhi Harga Kedelai dari AS
- Prabowo Tak Targetkan Angka untuk Tarif Impor Trump, Asalkan Diturunkan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya