Lupakan Pembakaran Al-Qur'an, Turki Buka Peluang untuk Swedia Gabung NATO
jpnn.com, LONDON - Aksi pembakaran Al-Qur'an di Swedia Januari lalu tampaknya sudah dilupakan pemerintah Turki. Sempat murka hingga melontarkan ancaman, rezim Recep Tayyip Erdogan kini mulai melunak dan kembali membuka peluang pembicaraan soal keanggotaan NATO.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan pada Kamis bahwa Turki, Finlandia dan Swedia telah menyetujui prinsip jangka panjang mekanisme bersama yang permanen untuk memerangi terorisme dan akan terus bekerja sama dalam format tersebut.
Ketiga negara tersebut juga setuju untuk bertemu kembali sebelum KTT di Vilnius pada Juli.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa Finlandia dan Swedia harus mengambil langkah baru untuk mengatasi masalah legitimasi keamanan Turki.
“Ini saatnya semua Aliansi untuk memutuskan proses ratifikasi dan menyambut Finlandia dan Swedia sebagai anggota penuh Aliansi menjelang KTT NATO di Vilnius,” kata Stoltenberg.
Sepekan setelah Rasmus Paludan membakar Al-Qur'an di ibu Kota Swedia, Presiden Erdogan dengan berapi-api menegaskan bahwa Turki tidak akan mendukung negara yang mengizinkan penistaan agama.
Namun, insiden yang telah memicu kemarahan umat Islam di seluruh penjuru dunia itu tak disinggung dalam pertemuan terbaru ini.
Selama pertemuan, perwakilan ketiga negara membahas langkah nyata yang akan diambil untuk menerapkan memorandum trilateral, yang telah ditandatangani Juni tahun lalu.
Dua bulan setelah pembakaran Al-Qur'an di Stockholm, Turki akhirnya kembali ke meja negosiasi dengan Swedia. Peluang jadi anggota NATO kembali terbuka
- Erdogan Jorjoran Menyokong Musuh Assad, Apa Kepentingan Turki di Suriah?
- Wamenperin Faisol Riza Merespons Protes Kunjungan ke Turki
- Mengenang Fethullah Gülen, Pejuang Pendidikan Turki yang Menginspirasi Dunia
- Siap Mendunia! Bank Mandiri Resmi Memperluas Akses Livin’ di Turki
- Erdogan Ucapkan Selamat kepada Presiden Aljazair yang Berhasil Pertahankan Kekuasaan
- Tren Transplantasi Rambut Atasi Masalah Kebotakan Mulai Diminati di Indonesia