Madura Kaili

Oleh: Dahlan Iskan

Madura Kaili
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ketika akhirnya Farid dinaikkan ke jabatan lebih tinggi, dia justru menawar: apakah kenaikan itu bisa ditunda dua bulan.

Dia ingin menuntaskan dulu konflik Poso sampai benar-benar tidak akan berbuntut lagi. Dia senang ketika promosinya ditunda.

Saat menjabat Danrem itu, Farid menulis buku tentang Tadulako. Sebelum itu dia harus mengadakan beberapa seminar tentang Tadulako.

Ternyata belum ada ilmuwan yang meneliti budaya Tadulako. Universitas Tadulako pun hanya punya satu literatur tentang Tadulako. Hanya 14 halaman.

Maka kepalang basah. Rektor Universitas Tadulako menyarankan Farid sekalian ambil gelar doktor Tadulako di Universitas Tadulako.

April nanti ujian terbukanya dilakukan: dia akan jadi doktor pertama soal Tadulako. Pembimbingnya: Prof Dr Nur Ali, sosiolog di sana.

Pasca Pilpres kemarin Farid menyelesaikan penelitiannya. dIa keliling ke lembah dan gunung di pedalaman Sulteng.

Dia sudah biasa menjelajah kawasan konflik itu. Kali ini dia lebih cermat. Setiap titik kunjungan dia upload ke Google. Pun siapa yang dia temui. Bertanya apa saja. Berikut jawaban mereka.

Tadulako bukanlah orang. Bukan tokoh. Bukan sosok. Tadulako adalah prinsip hidup suku Kaili: punya jiwa pejuang, jiwa pemimpin panutan, dan jiwa kepahlawanan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News