Mafia Favela Jelang World Cup 2014 dan Olympic Games 2016
Kamis, 13 Desember 2012 – 14:33 WIB

KUMUH: Bukit Niemeyer, tempat berkukimnya komunitas Favela di Brazil. Foto: Don Kardono/Indopos
:TERKAIT Empat empat tahun lamanya dia berusaha, sebelum akhirnya frustasi dan gagal total. Mereka semakin eksis. Jumlah orang yang status ekonominya jauh di bawah kemiskinan di Brazil masih di atas 30 juta orang. Perbedaan antara si kaya dan si miskin di Brazil juga masih timpang. Hanya 10 persen populasi orang kaya, menguasai lebih dari 50 persen income nasional.
Potret komposisi pendapatan masyarakat itulah yang diibaratkan bara dalam sekam. Boom waktu, yang sewaktu-waktu bisa meledak. Favela yang sudah ada sejak 1950 adalah kelompok urban yang tak memiliki struktur ekonomi yang kuat. Inilah potensi malapetaka yang mengancam stabilitas dalam negeri Brazil.
Hampir semua pencopet, perampok, pemeras, pengedar obat-obatan psikotropika, dan pelaku tindak kejahatan bersumber di kerumunan kumuh Favela itu.
Sebelum terbang ke Rio, saya sempat diingatkan oleh seorang kawan yang pernah lama tinggal di Sao Paulo. Hati-hati, Rio banyak copet, kotanya paling tidak aman, banyak pengutil, jangan keluar malam sendirian, jangan pernah ambil ATM di malam gelap, sasarannya adalah turis, karena 90 persen warga Rio tidak berbahasa Inggris.
Jika Anda berada di Rio de Janeiro, sempatkan waktu ke Rocinha, “sarang Favela” paling padat, paling kumuh, dan paling seram di Brazil.
BERITA TERKAIT
- Canton Fair 2025: Diplomasi Rantai Pasok Dunia di Tengah Ketegangan Perang Dagang AS-China
- RUU KUHAP Menguatkan Peran Advokat untuk Perlindungan HAM
- Eksistensi Suap Hakim, Mafia Hukum dan Peradilan di Indonesia: Penyakit Kronik dan Upaya Penanggulangannya
- Revisi UU TNI: Menyelaraskan Ketahanan dengan Dinamika Zaman
- Bawaslu Konsisten Mengawal Demokrasi
- Paradigma Pemidanaan KUHP Nasional