Mahasiswa dan Pemuda Harus Jadi Benteng NKRI dari Ancaman Radikalisme

Yaitu ada internal negara untuk kepentingan mereka seperti untuk mengonsolidasi umat Islam untuk merebut kekuasaan.
"Agar tidak muncul spekulasi itu, ya secepatnya HTI harus dibubarkan. Toh mereka itu gak ngaruh dan nggak punya jasa sama sekali pada republik ini," tukas Gus Tutut.
Yaqut menilai kampus adalah tempat paling mudah dimasukan gerakan radikal. Karena itu, Ansor pelan-pelan masuk ke dunia kampus, yang selama ini belum pernah dimasuki.
Sebagai langkah pertama, GP Ansor menggelar Ansor Day di kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Sabtu (29/4).
Yaqut berharap, langkah ini akan terus melebar ke kampus-kampus lain dalam menyuarakan persatuan dan kedamaian NKRI sekaligus menyadarkan mahasiswa dengan bahaya radikalisme dan terorisme yang berada di sekeliling mereka.
"Ini baru langkah awal. Mudah-mudahan seterusnya kita masuk kampus lain. supaya sama-sama kita bendung kelompok radikal anti-NKRI," tegas Gus Tutut.
Dia menilai mudah masuknya paham radikal ke mahasiswa dan generasi muda karena saat ini kolektivitas sosial mereka mulai berkurang akibat lebih banyak menghabiskan waktu dengan gagdet.
Hal itu membuat hubungan antar mahasiswa dan generasi muda menjadi renggang sehingga mereka tidak mempunyai filter untuk menghadapi propaganda radikalisme.
Mahasiswa dan generasi muda Indonesia wajib memiliki pertahanan diri dalam menghadapi serangan paham radikal terorisme.
- LBH GP Ansor Perintahkan Wilayah & Cabang Dampingi Mahasiswa Pendemo yang Belum Kembali
- Teror Kepala Babi untuk Jurnalis Tempo, GP Ansor Kecam Intimidasi terhadap Kebebasan Pers
- GP Ansor Sebut RUU TNI Masih Sejalan dengan Semangat Reformasi
- Akademisi: Sebagian WNI di Suriah Layak Mendapat Kesempatan Kedua
- GP Ansor Luncurkan LMS Ansor University untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045
- Polarisasi Berbasis Identitas Makin Tajam, Ketum GP Ansor: Stabilitas Ekonomi Harus Dijaga