Mahasiswa Indonesia Berharap Jam Kerja Mereka di Australia Tak Perlu Dibatasi
"Pertimbangannya itu jurusan aku enggak punya exam, yang berarti cuma full assignment, kalau itu sudah selesai sudah enggak ada apa-apa lagi. Jadi waktu saya relatif lumayan banyak," ungkap Jess.
Selama ini, bila jadwal kuliahnya padat, dengan sendirinya Jess selalu mengurangi jam kerjanya.
Menurut dia, hal ini kembali kepada mahasiswanya sendiri, karena pemerintah membatasi jam kerja supaya mahasiswa bisa fokus belajar.
"Bekerja di Australia merupakan pengalaman tersendiri karena saya harus mengajukan lamaran sendiri, di-interview, dan saat keterima di-trial dulu," jelasnya.
Yang berkesan baginya saat ia dipercaya untuk terlibat dalam desain, bukan hanya membuat es krim, karena menurutnya susah mendapat pekerjaan sesuai bidang ilmunya jika belum punya 'portfolio'.
"Puji Tuhan saya diberi kesempatan untuk bekerja di bidang ini, dan saya tahu tidak semua orang punya kesempatan seperti itu," ucap Jess.
Ikuti berita menarik lainnya di ABC Indonesia.
Mulai bulan Juli, mahasiswa internasional hanya boleh bekerja maksimal 24 jam per minggu
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif
- Dunia Hari Ini: Belgia Memberikan Perlindungan Hak Bagi Pekerja Seks
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Tuduh Negaranya Ingin Bersihkan Etnis Palestina
- Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia
- Indonesia - Australia Masif Menjalin Kerja Sama Bilateral, Anggota DPD RI Lia Istifhama Merespons
- Dunia Hari Ini: Israel dan Hizbullah Saling Tuduh Melanggar Kesepakatan Gencatan Senjata
- Pilkada 2024 Diwarnai Dinasti Politik yang Meningkat dengan Partisipasi Warga yang Rendah