Mahasiswa Indonesia di Australia Didorong Kembali ke Tanah Air

Di bawah kepempinan Emirsyah, maskapai Garuda Indonesia bisa diangkat dari keterpurukan perusahaan.
“Tapi saya selalu katakan bahwa saya bukan superman, atau super profession, ini semua karena kerja keras tim,” ujar Emirsyah. “Seorang CEO tidak bisa mengerjakannya tanpa kerja sama tim.”
Ia juga menambahkan prestasi Garuda Indonesia bukan semata untuk perusahaan, tetapi juga menjadi kebangaan bagi Indonesia.
Lain lagi dengan cerita Maya Hasan. Maya diundang ke Indonesian Career Expo 2015 untuk mewakili mereka yang berminat terjun di bidang musik, hiburan, atau ekonomi kreatif.
Maya mengaku kalau awalnya ia ingin menjadi pengacara atau pramugari kegemarannya berpergian, tapi ia memutuskan untuk sekolah musik.
"Dan ternyata sekolah yang saya ambil adalah sekolah musik paling sulit, tapi mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang kuat," kata Maya, lulusan Willamette University di Oregon, Amerika Serikat.
Jalannya untuk menjadi pemain harpa pun tidak mudah. Membutuhkan waktu bagi Maya agar permainan alat musik harpa bisa didengar di pentas musik nusantara.

"Banyak orang yang tidak tahu, tetapi saya berusaha agar orang mengenalnya dan baru diajak berkolaborasi," jelasnya.
Dalam acara Indonesian Career Expo yang digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia cabang University of Melbourne, pekan lalu, sejumlah pembicara
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia