Mahasiswa Internasional Kemungkinan Bisa Kembali Sebelum Akhir 2021, Tapi Syarat Vaksin Bisa Jadi Penghalang
Ratusan mahasiswa internasional rencananya akan diizinkan kembali ke negara bagian New South Wales (NSW) dengan ibu kota Sydney sebelum akhir tahun ini.
Namun, mahasiswa dari Tiongkok dan Nepal kemungkinan besar tidak termasuk dalam program uji coba tersebut.
Awal Desember nanti, sebanyak 500 mahasiswa dari seluruh dunia akan diizinkan melakukan perjalanan ke Australia dengan dua penerbangan sewaan.
Rektor Western Sydney University, Barney Glover mengatakan tiket pesawat akan dibayar sendiri oleh mahasiswa, sementara biaya karantina ditanggung universitas.
"Ini adalah awal dari uji coba yang mungkin terdengar sepele, tetapi menjadi sinyal penting bahwa Australia akan membuka diri untuk siswa internasional lagi," kata Barney, yang juga memimpin komite dalam program percontohan tersebut.
Namun program tersebut hanya diperuntukkan bagi mahasiswa internasional yang memenuhi syarat, yakni telah divaksinasi dua kali dengan vaksin yang diakui Australia, yakni Pfizer, Johnson and Johnson, Moderna dan AstraZeneca.
Ini berarti mahasiswa internasional, seperti asal Tiongkok, yang sudah menerima vaksin Sinovac dan Sinopharm di negaranya kemungkinan tidak bisa mengikuti program ini.
Termasuk kemungkinan juga mahasiswa asal Indonesia, karena kebanyakan warga di Indonesia mendapatkan vaksin yang diproduksi di Tiongkok tersebut.
Mahasiswa internasional yang bisa kembali ke Australia sebelum Natal nantinya adalah mereka yang sudah menerima vaksin yang disetujui lembaga otoritas Australia
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata
- Dunia Hari Ini: Rencana Airbnb Menggelar Pertarungan Gladiator di Roma Dikecam
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia