Mahasiswa Internasional Khawatirkan Diskriminasi dan Persaingan Mencari Kerja dan Sewa Rumah Ketika Kembali ke Australia
'Gegar budaya kedua'
Mahasiswa Australian National University An Do mengatakan dia memperkirakan adanya 'gegar budaya kedua' yang dihadapinya ketika dia kembali ke Canberra.
"Tidak berbicara bahasa Inggris dengan teratur selama dua tahun memengaruhi kemampuan saya berkomunikasi, jadi saya harus memulai dari awal lagi," katanya.
"Saya betul-betul tidak tahu bagaimana reaksi teman-teman lokal saya ketika bertemu nanti.
"Kalau ada wabah lagi universitas bisa menerapkan pelajaran online lagi dan ini membuat interaksi sosial kami jadi lebih susah."
Tidak adanya kontak langsung dalam proses belajar juga mempengaruhi kemajuan akademis bagi Sonia Qadir.
"Tidak bisa bertemu langsung dengan yang lain berarti kita tidak bisa membangun komunitas akademis yang sebenarnya sangat penting, dan diperlukan dalam proses belajar dan berkembang sebagai akademisi," kata Sonia.
Dia mengatakan penutupan perbatasan internasional yang dilakukan Australia membuatnya berada di luar Australia dalam hampir keseluruhan proses belajarnya untuk menjadi doktor.
"Kami kehilangan kesempatan untuk mengajar, membangun jaringan dan berkenala dengan akademisi dari fakultas lain, selain pembimbing sendiri," kata Sonia lagi.
Sekitar 60 ribu mahasiswa internasional sedang bersiap-siap untuk kembali ke Australia
- Dunia Hari Ini: Belgia Memberikan Perlindungan Hak Bagi Pekerja Seks
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Tuduh Negaranya Ingin Bersihkan Etnis Palestina
- Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia
- Indonesia - Australia Masif Menjalin Kerja Sama Bilateral, Anggota DPD RI Lia Istifhama Merespons
- Dunia Hari Ini: Israel dan Hizbullah Saling Tuduh Melanggar Kesepakatan Gencatan Senjata
- Pilkada 2024 Diwarnai Dinasti Politik yang Meningkat dengan Partisipasi Warga yang Rendah