Mahasiswa Internasional Sudah Kembali ke Australia, Tetapi Kesulitan Menghadapi Biaya Hidup yang Tinggi
Dahlia Rera Oktasiani tiba di Australia bulan November tahun lalu untuk berkuliah di bidang manajemen di sebuah sekolah bisnis di Sydney.
Namun mahasiswi berusia 33 tahun asal Bali tersebut mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri hidup di sini meski dia sebelumnya pernah tinggal dan belajar di Amerika Serikat.
Ketika pertama kali tiba di Australia, Dahlia membayar sewa kamar A$110 (sekitar Rp1,1 juta) per minggu. Itu harga sewa sekamar berdua. Namun sekarang harga sewa tersebut sudah naik menjadi A$185 (sekitar Rp1,85 juta).
"Sewa kamar saya naik tiap minggu atau tiap dua minggu. Saya sekarang bekerja di dua tempat," katanya.
"Saya harus pintar-pintar mencari makanan yang murah, misalnya dengan masak di rumah atau mencari harga murah di pasar," katanya.
Dahlia adalah satu dari banyak mahasiswa internasional yang merasakan tingginya biaya hidup di Australia saat ini.
Dia sebelumnya pernah bekerja di Bali selama masa pandemi dan berhasil menabung untuk membiayai sekolahnya.
Namun sekarang dia harus pintar berhemat sehingga uang tabungannya cukup untuk membayar sewa kamar dan makanan.
Pada tahun 2020, Perdana Menteri Australia ketika itu, Scott Morrison, meminta mahasiswa internasional untuk pulang bila mereka tidak bisa membiayai diri sendiri
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata