Mahasiswa Internasional Sudah Kembali ke Australia, Tetapi Kesulitan Menghadapi Biaya Hidup yang Tinggi
Di Australia, kegiatannya adalah belajar dan kerja, tanpa ada waktu cukup untuk kegiatan lain.
"Ini situasi yang melelahkan. Kami harus belajar, kalau sedang tidak belajar, kami bekerja," katanya.
"Saat kami tidak bekerja, kami harus belajar. Setelah selesai semuanya kami kembali ke rumah kelelahan, lalu tidur. Keesokannya bangun dan mengulang hal yang sama lagi."
'Saya memerlukan pekerjaan sekarang'
Bersantai juga tidak ada di benak Sachit Jain saat ini.
Sejak tiba dari India bulan Juli tahun lalu setelah kuliah online selama satu semester, mahasiswa berusia 27 tahun yang sedang mengikuti kuliah di University of Melbourne ini harus segera menemukan pekerjaan untuk bisa bertahan hidup.
Untuk membiayai kuliah S2 di bidang administrasi publik, Sanchit harus meminjam uang dari lembaga keuangan di India sebanyak A$35 ribu (sekitar Rp350 juta).
"Saya tidak memiliki sumber dana lain untuk membiayai kuliah saya, itulah sebabnya saya mengambil pinjaman, dan saya diharapkan mulai membayar pinjaman tersebut setelah studi saya selesai di akhir tahun 2023," katanya.
Dia semula menganggarkan biaya sekitar A$200 sampai A$300 (Rp2 sampai Rp3 juta) per minggu untuk membayar sewa rumah, namun Sanchit sekarang membayar A$460 per minggu.
Pada tahun 2020, Perdana Menteri Australia ketika itu, Scott Morrison, meminta mahasiswa internasional untuk pulang bila mereka tidak bisa membiayai diri sendiri
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata