Mahasiswa S3 Mantan Tersangka Teroris Kecam Kepolisian Australia

"Dan AFP keliru jika menganggap saya tak memiliki sumber daya atau kemampuan membela ketidakbersalahan saya ini," kata Nizamdeen.
"Setelah saya dituntut dan ditahan, satu-satunya yang menggembirakan saya yaitu kepercayaan pada sistem peradilan Australia, yang sangat independen terhadap Kepolisian Federal Australia," tambahnya.
Kasus ini juga melibatkan Tim Gabungan Anti Terorisme NSW (JCTT).
Polisi menuduh Nizamdeen memiliki cetak biru serangan teror terhadap beberapa lokasi "simbolis" di Sydney. Dia ditangkap tim JCTT di daerah Kensington di pinggiran Sydney pada bulan Agustus.
Menurut Nizamdeen, dirinya tetap bersikukuh ke penyidik bahwa tulisan tangan di buku tersebut bukan tulisannya.
Menurut penyidik, cetak biru rencana serangan itu ditemukan di buku catatan yang berada di atas meja yang digunakan Nizamdeen di tempat kerjanya di kampus UNSW.
"Setelah delapan jam diinterogasi, para penyidik berpikir hal itu sudah cukup untuk menuntutku di bawah hukum Australia yang kejam," kata Nizamdeen.
"Hal itu mereka lakukan setelah saya berkali-kali menolak bahwa tulisan tangan itu milik saya," tambahnya.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia