Mahasiswa Tewas Saat Demonstrasi di Kendari, IMM Kecam Tindakan Represi Aparat Keamanan
jpnn.com, JAKARTA - Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) se-Indonesia menyatakan belasungkawa yang dalam atas meninggalnya Immawan Randi – mahasiswa yang menjadi korban jiwa saat demonstrasi di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Randi hingga menghembuskan napas terakhirnya masih dalam perjuangan mengawal aspirasi rakyat.
Ketua Umum DPP IMM, Najih Prasetyo menegaskan kejadian meninggalnya Randi karena tertembak peluru tajam saat sedang melakukan aksi unjuk rasa merupakan preseden buruk yang tidak boleh terulang kembali. Hal ini cukup menjadi peristiwa yang terakhir, tidak boleh lagi ada nyawa yang hilang karena melakukan aksi perjuangan rakyat.
“DPP IMM mengecam berbagai tindakan represif pihak keamanan kepada mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa. Pihak keamanan seharusnya mengedepankan cara-cara persuasif serta lebih manusiawi dalam upaya untuk menjaga kondusifitas selama berlangsungnya aksi,” ujar Najih Prasetyo dalam keterangan persnya, Jumat (27/9).
Menurut Najih, tindakan represif dari pihak keamanan hanya akan membuat keadaan menjadi lebih buruk. Kejadian tertembaknya Randi adalah satu dari sekian banyak tindakan represif yang kerap kali diterima oleh mahasiswa ketika sedang melakukan aksi unjuk rasa.
Pada bagian lain, menurut Najih, IMM dan mahasiswa menegaskan tidak akan bungkam karena tembakan peluru ini. IMM akan tetap dan selalu mengawal kepentingan rakyat Indonesia, tanpa rasa takut terhadap intervensi apapun dan dari siapapun. Sekaligus menegaskan bahwa gerakan IMM adalah gerakan yang murni berasal dari hati dan nurani mahasiswa tanpa ada tendensi maupun ditunggangi oleh kelompok tertentu.
DPP IMM juga mengajak seluruh kader beserta mahasiswa se-Indonesia untuk bersatu padu, secara bersama-sama untuk merapatkan barisan dalam menyuarakan aspirasi perjuangan rakyat. IMM dan mahasiswa adalah agen perubahan dan kontrol terhadap berbagai kebijakan maupun peraturan serta kondisi-kondisi yang berseberangan dengan kepentingan rakyat.
“IMM memastikan diri akan selalu berada di garis terdepan dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat yang tertindas,” tegas Najih.
Menurut Najih, DPP IMM mendesak kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) untuk mencopot Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tenggara. IMM menilai Kapolda Sultra adalah pihak yang paling bertanggung jawab karena telah lalai dalam melakukan pengawalan keamanan aksi unjuk rasa yang berujung jatuhnya korban jiwa yang tertembak dengan peluru tajam.
DPP IMM mengecam berbagai tindakan represif pihak keamanan kepada mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa. Pihak keamanan seharusnya mengedepankan cara-cara persuasif serta lebih manusiawi dalam upaya untuk menjaga kondusifitas selama berlangsungnya aksi
- Said Didu Rusak Kerukunan di Banten, Mahasiswa Islam Desak Aparat Bertindak
- Tolak Polri di Bawah Kemendagri, Ketum IMM: Usulan Reaktif Gegara PDIP Kalah Pilkada
- Koalisi BEM Banten Serukan Tolak Upaya Said Didu Mengadu Domba terkait PIK 2
- Flyer Gugat Dana Kampanye Rano Karno Disabotase, Aksi Mahasiswa Batal
- Ribuan Mahasiswa Beri Dukungan kepada Ahmad Ali, Begini Alasannya
- HUT ke-24 Banten, HMI Serang Serukan Lawan Politik Dinasti