Mahasiswa UGM Kunjungi Darwin Untuk Pelajari Hukum Migrasi dan Suaka
Topik ini kadang memicu ketegangan antara pemerintah Australia dan Indonesia, karena dilihat dari sejarah Australia menandatangani konvensi Jenewa tentang penerimaan pencari suaka, sementara Indonesia tidak melakukannya.
Menurut Mailinda, Indonesia tidak menandatangani konvensi mengenai pencari suaka karena kondisi internal belum memungkinkan, misalnya secara ekonomi.
"Tetapi, saya melihat ada niat yang sangat baik dari pemerintah Indonesia, meski tidak ikut menandatangi seperti Australia, misalnya banyak lembaga swadaya masyrakat yang ikut membantu para pencari suaka," jelas Mailinda.
Melalui kunjungan seperti ini diharapkan para mahasiswa kedepannya dapat terlibat dalam diskusi-diskusi intensif soal pencari suaka dan migrasi.
Sehingga kedepannya bisa lebih banyak kesepakatan diantara Indonesia dan Australia yang menguntungkan banyak pihak-pihak terkait.
Salah satu mahasiswa UGM yang ikut dalam program ini adalah Bram Purwadi, yang mengambil fokus pada hukum bisnis.
"Ada satu hal yang baru lewat program ini, jadi bisa mengetahui soal hukum migrasi dan suaka," ujar Bram.
Topik pencari suaka dan migrasi kerap hangat dibicarakan antara Indonesia dan Australia. Darwin menjadi salah satu kota yang memiliki peranan penting
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata