Mahasiswa UTA 45 Ajak Pelajar Jakarta Utara Bedah Isu Pemenuhan Hak Disabilitas
Tyas Yulianti mengatakan munculnya stigma negatif terhadap penyandang disabilitas akibat cara pandang yang keliru.
Misalnya, cara pandang yang menganggap disabilitas lemah, tidak berdaya, dan tak mampu melakukan apa pun.
Menurut dia, hal ini berdampak pada tindakan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas.
Tyas menyatakan bahwa stigma negatif sangat menghambat penyandang disabilitas untuk berperan aktif dalam setiap proses pembangunan.
“Kita sudah tahu sebagian besar bahwa ada syarat sehat jasmani dan rohani yang menghambat disabilitas mendapat pekerjaan. Nah, ini adalah salah satu contoh penyandang disabilitas tidak dapat dengan mudah mengakses pekerjaan karena syarat itu," kata Tyas dalam keterangannya, Rabu (16/10).
"Hanya jenis pekerjaan-pekerjaan tertentu yang bisa diberikan penyandang disabilitas, kemudian dibatasi kuota. Oke, itu sebagai bentuk afirmasi, tetapi bila memandang sebagai hak warga negara, seharusnya jenis pekerjaan apa pun yang bisa dilakukan penyandang disabilitas bisa dibuka seluas-luasnya,” tambah Tyas.
Lebih lanjut Tyas juga menilai perihal inklusi terkait penyandang disabilitas di Indonesia telah menunjukkan perbaikan, terutama soal peraturan.
“Kita memiliki undang-undang, kemudian punya PP (peraturan pemerintah) turunannya (UU). Kemudian, diusungkan PP tentang konsensi yang akan disahkan. Jadi, sudah lengkap," katanya.
Generasi muda juga bisa mendorong pemerintah daerah, kementerian/lembaga untuk lebih peduli kepada penyandang disabilitas.
- KND Dorong Mahasiswa & Pelajar jadi Agent of Power Pengikis Stigma Negatif terhadap Penyandang Disabilitas
- Penyandang Disabilitas Tunanetra di RI Capai 4 Juta, Baru 1 Persen yang Bekerja di Sektor Formal
- Ipda Bonni Ajak Pemilih Pemula di Rohil Dukung Pilkada Damai
- Kawula Muda PERSIS Gelar ICPS di Bandung
- Pelajar Asal Bandung Ditemukan Meninggal Dunia
- Pelindo Mengajar: SPSL Kenalkan Peran BUMN Bidang Kepelabuhanan dan Logistik ke Pelajar