Mahathir Mohamad Ungkit Dosa PM Malaysia
jpnn.com - KUALA LUMPUR - Mahathir Mohamad kembali melontarkan kritik pedas pada Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Mahathir lagi-lagi mengungkit skandal terkait dengan Najib yang hingga kini belum terselesaikan. Kritik tersebut dituangkan Mahathir dalam blog pribadinya.
Mantan PM Malaysia tersebut menegaskan, koalisi Barisan Nasional akan kehilangan kekuatan jika Najib terus menjadi pemimpin di partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).
“Penduduk Malaysia, apakah itu orang Melayu, Tiongkok, India, atau orang-orang di Sabah dan Serawak tidak lagi percaya kepada Datuk Seri Najib. Anggota UMNO dan para petingginya harus menyadari bahwa BN akan kalah jika Datuk Seri Najib memimpin UMNO untuk maju dalam pemilihan umum mendatang,' tulis Mahathir di blog pribadinya, chedet.cc today.
Mahathir juga mengkritik belum selesainya kasus-kasus yang melibatkan Najib. Salah satunya ialah kematian model asal Mongolia Altantuya Shaariibuu. Dalam kasus pembunuhan tersebut, Sirul Azhar Umar yang merupakan mantan penjaga Najib dituding sebagai pelaku.
“Ini menyangkut nyawa manusia. Akan sangat kejam jika Sirul menjadi sasaran hukuman mati, padahal dia hanya menjalankan instruksi,” tegasnya.
Mahathir juga mengungkit kasus korupsi yang melibatkan Najib dan putranya. “Tidak mudah bagi saya untuk menulis ini. Tapi, demi umat dan negara, saya harus mengungkapkan ini semua,” ujarnya. (sha/ami/jos/jpnn)
KUALA LUMPUR - Mahathir Mohamad kembali melontarkan kritik pedas pada Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Mahathir lagi-lagi mengungkit skandal
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Amerika Memilih Presiden Baru, Pakar: RI Harus Beradaptasi, Kirim Dubes Berkualitas
- Donald Trump dan Kamala Harris Bersaing Ketat, Selisih Supertipis
- Pilpres Makin Panas, Banyak Warga Amerika Pengin Pindah Negara
- Diplomasi Pertahanan dengan China Belum Mengurangi Ketegangan di Natuna
- Resmi! Ini Jabatan Baru Retno Marsudi setelah Meninggalkan Kementerian Luar Negeri
- Rusia Nilai Indonesia Sangat Klop dengan BRICS