Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk
Kisah Pahlawan yang Wafat di Usia Muda

Setelah itu, Mahmoed Marzuki mendirikan perguruan Mualimin Muhammadiyah, di Kumantan Bangkinang Kota.
Sekarang jadi pondok pesantren Mualimin Muhammadyah. Selain pendiri, guru, Mahmoed Marzuki juga sebagai pengawas sekolah di Bangkinang dan Sumbar.
"Beliau ini salah satu pendiri Muhammadiyah di Riau. Itu pengaruh dari KH Ahmad Dahlan dan Buya Hamka," kata Latif.
Selain itu, Mahmoed Marzuki juga telah mendirikan kelompok pengajian Ukhuwah. Di Pemerintahan Indonesia, Mahmoed Marzuki juga pernah diangkat sebagai Ketua Komite Nasional (KNI) Sumatera Tengah. Wakilnya saat itu H M Amin. Ada 61 orang pengurusnya.
Empat Kali Diajukan Pahlawan
Abdul Latif Hasyim mengaku, sudah empat kali mengukan ke Pemerintah Pusat untuk pengangkatan Mahmoed Marzuki ini sebagai Pahlawan Nasional. Perjuangan untuk menjadikan putra Kampar ini sebagai pahlawan, dimulai sejak tahun 1988.
“Saya termasuk tim penulis sejarah. Tahun 1988, saya penulis makalah. Buya Sani juga masuk tim. Ada juga buk Rosnaniar, mantan anggota DPR RI. Beberapa kali makalah kami diseminarkan," ujar dia.
Seminar ini dilakukan di berbagai tempat. Pernah di Kantor Bupati Kampar, pernah juga di Kantor Gubernur Riau. Terakhir, di tahun ini seminar di Pekanbaru, di Hotel Arya Duta.
Di Riau, Kampar khususnya, Mahmoed Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya ada juga yang tergabung dalam Harimau Kampar.
- Soeharto Memenuhi Kriteria Jadi Pahlawan Nasional, tetapi Terganjal Hal Ini
- SMSI Gelar Seminar Nasional, Tunda Usulkan RM Margono Djojohadikusumo Jadi Pahlawan
- Gubernur Jateng Setuju RM Margono Kakek Prabowo jadi Pahlawan Nasional
- Tuan Rondahaim Saragih: Pahlawan Nasional 2025 Asal Sumatera utara, Ahli Strategi Perang Gerilya Melawan Belanda
- Yayasan Merah Putih Peduli Nyekar di Makam RM Margono Djojohadikusumo
- Gelar Seminar Nasional, Yayasan Merah Putih Peduli & Unhan Dukung Margono Djojohadikusumo Jadi Pahlawan Nasional