Mahyudin: Pancasila Tidak Bisa Diutak-atik Lagi

Kenapa itu bisa terjadi? Menurut Mahyudin, karena setelah turunnya pemerintahan Orde Baru, terjadi semacam trauma.
Muncul anggapan Pancasila dijadikan alat kekuasaan, dan sangat terasa setelah terjadinya peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI, di mana banyak jenderal menjadi korban sehingga 1 Oktober dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Sejak itu pula, kata Mahyudin, Pancasila harus ditanamkan ke dalam jiwa setiap bangsa dalam bentuk doktrin.
“Waktu itu, orang bisa ditangkap karena dianggap tidak Pancasilais, dan inilah yang menyebabkan terjadinya trauma,” katanya.
Mahyudin lalu menceritakan kembali sejarah lahirnya Pancasila.
Dimulai dari pidato Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Untuk menyusun dan penyempurnakan konsep Pancasila 1 Juni itu, BPUPKI lalu membentuk Panitia Sembilan, yang kemudian melahirkan Piagam Jakarta.
Selanjut Pancasila hasil rumusan Panitia Sembilan yang diketuai Bung Karno dengan anggota 27 orang itu dibahas dalam sidang PPKI.
Letakkan Pancasila di atas segalanya
- IHSG Anjlok, Waka MPR: Kuatkan Basis Investor Instituional Domestik
- Gelar Bazar Murah di Subang, Waka MPR: Ringankan Beban Masyarakat
- Waka MPR Jajaki Peluang Investasi di Bidang Teknologi Karbon Rendah
- Dukung Eksistensi BPKH, Ketua MPR: Penting untuk Meringankan Biaya Haji
- Anak Menkum Supratman dan Ahmad Ali Dilaporkan ke KPK terkait Pemilihan Pimpinan MPR dan DPD
- Waka MPR Apresiasi Penjelasan Dirut Pertamina: Redam Kegundahan Publik