Mahyudin: Pancasila Tidak Bisa Diutak-atik Lagi

Pembahasan Pancasila, baik di BPUPKI maupun di PPKI, jelas Mahyudin, ikut terlibat tokoh Muhammadiyah. Tokoh Muhammadiyah di BPUPKI adalah Prof. Abdul Kahar Muzakir, sedangkan di PPKI terdapat nama Ki Bagus Hadikoesoemo.
Terjadi perdebatan panjang dan sangat alot, terutama ketika membahas mengenai sila pertama Pancasila hasil Piagam Jakarta.
Tapi, dengan sikap sedia berkorban maka tujuh kata Piagam Jakarta dihilangkan, hingga berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Jadi, menurut Mahyudin, Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 itu tidak bisa diutak-atik lagi.
Apalagi ketika terjadi amandemen UUD 1945 pada 1999 hingga 2002, telah disepakati tidak akan mengubah Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dan NKRI sebagai bentuk negara.
Oleh karena itu, tegas Mahyudin, dengan Pancasila jangan mau diadu-domba.
“Kalau kita mau diadu-domba maka tak tertutup kemungkinan kita akan dijajah kembali,” ujar Mahyudin.(adv/jpnn)
Letakkan Pancasila di atas segalanya
Redaktur & Reporter : Natalia
- IHSG Anjlok, Waka MPR: Kuatkan Basis Investor Instituional Domestik
- Gelar Bazar Murah di Subang, Waka MPR: Ringankan Beban Masyarakat
- Waka MPR Jajaki Peluang Investasi di Bidang Teknologi Karbon Rendah
- Dukung Eksistensi BPKH, Ketua MPR: Penting untuk Meringankan Biaya Haji
- Anak Menkum Supratman dan Ahmad Ali Dilaporkan ke KPK terkait Pemilihan Pimpinan MPR dan DPD
- Waka MPR Apresiasi Penjelasan Dirut Pertamina: Redam Kegundahan Publik