Main Pelintir dan Bohong

Oleh Djoko Susilo, Dubes RI di Swiss

Main Pelintir dan Bohong
Main Pelintir dan Bohong
Hal tersebut membuat saya makin sebal. Sebab, jutaan orang Indonesia yang memahami bahasa Inggris dengan baik menjadi tampak bodoh saat membaca terjemahan statuta FIFA versi PSSI itu. Saya sempat meminta semua staf diplomat saya, yang umumnya memiliki nilai TOEFL di atas 600, untuk menerjemahkan statuta FIFA. Hasilnya sama dengan saya dan menyalahkan versi PSSI.

Tetapi, memang orang PSSI bisa berjaya dengan pelintiran tersebut selama empat tahun karena ada orang-orang FIFA yang bisa digarap. Atas semua manipulasi tu, tekad saya untuk mengungkap borok-borok yang selama ini ada di PSSI semakin kuat.

Keyakinan saya terbukti juga ketika FIFA menggelar konferensi pers mengenai berbagai masalah, termasuk PSSI, 3 Maret lalu. Saya sengaja mengirim dua warga saya untuk melihat langsung dan memonitor apa yang terjadi di FIFA.

Masalahnya, menurut laporan teman-teman wartawan, PSSI mengirim pengurusnya. Bahkan, pengurus tersebut kepada seorang wartawan mengaku duduk persis di depan Presiden FIFA Sepp Blatter. Segera saya kontak dua warga saya tersebut untuk memastikan kebenaran itu.

KETIKA saya masih menjadi reporter Jawa Pos, sekitar 25 tahun lalu, ada satu kata yang atas perintah Bos Dahlan Iskan harus dihilangkan dari perbendaharaan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News